PDIP Nangis dan Tertawa Bersama Rakyat Indonesia
- - Megawati: Pengurus PDIP Harus Saling Kenal
KLATEN— Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP), Hj Megawati Soekarnoputri mengajak, seluruh pengurus PDIP mulai dirinya selaku Ketua Umum, pengurus DPP, DPD, DPC, PAC, Ranting dan Anak Ranting untuk selalu bersama rakyat, menangis dan tertawa bersama rakyat.
Penegasan Hj Megawati Soekarnoputri tersebut disampaikan dalam pidato politik saat pencanangan Cabang Pelopor PDIP se Indonesia di Lapangan Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Kamis, 17 Maret 2011 lalu. Dalam pidato politik tersebut Hj Megawati didampingi Puan Maharani, putrinya yang juga unsur Ketua DPP PDIP dan Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo.
“Ketua DPC dan jajaran pengurusnya harus dapat saling kenal dengan Pengurus Anak Cabang (PAC), Ranting dan Anak Ranting. Jangan sampai pengurus DPC tidak kenal dengan pengurus PAC, Ranting dan Anak Ranting,” tegas Hj Megawati disambut aplous ribuan kader PDIP yang datang dari penjuru Indonesia.
Dalam sambutannya yang berlangsung sekitar dua jam lebih tersebut Hj Megawati mengatakan, kader PDIP berkumpul di Klaten dalam rangka menjalankan perintah partai setelah konggres ke-3 PDIP. Karena, salah satu amanatnya untuk terus berupaya mengorganisir segenap potensi partai agar dapat diterima masyarakat dan Bangsa Indonesia dengan baik.
Karena kader yang datang tiga pilar masing-masing stuktur partai, eksekutif dan legislatif maka diharapkan semuanya dapat mengikuti sekhidmat mungkin acara pencanangan cabang pelopor karena yang datang bukan massa rakyat tetapi kader partai.
Di Jawa Tengah inilah, lanjut Hj Megawati, dirinya selaku Ketua Umum DPP PDIP melaksanakan perintah konggres untuk bisa memilih dan memutusan cabang-cabang yang dalam perintah konggres disebut sebagai cabang pelopor. Diskusi dalam membentuk dan memutuskan cabang pelopor bukan hal yang mudah, karena aturannya juga termaktub dalam AD/ART partai bahwa cabang pelopor adalah cabang yang bisa membentuk struktur sampai anak ranting.
“Kemudian kepengurusannya seluruhnya mulai dari DPC, PAC, Ranting dan Anak Ranting bisa memenuhi sesuai jumlah yang telah ditentukan. Kemudian cara kerja kader-kadernya, karena pada saatnya nanti juga akan dipilih harus memiliki tanggung jawab sesuai tingkatan kader yang telah disusun sesuai amanat konggres PDIP,” tandasnya.
Susunan kader PDIP sesuai amanat konggres, kata Hj Megawati, mulai dari kader pratama, kader madya dan kader utama. Kader utama tanggung jawabnya lebih besar dari kader madya dan kader madya memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari kader pratama. Dengan demikian maka secara perorangan seluruh kader PDIP untuk terus menerus membangun partai yang lebih baik.
Membentuk suatu partai itu, kata Hj Megawati, “Artinya harus mampu mengorganisir diri kita sendiri, bagaimana kita harus menjadi lebih baik secara terus menerus sehingga akhirnya menjadi partai pelopor. Bukan suatu perjalanan yang mudah karena semua ini alat perjuangan untuk mengorganisir rakyat, karena itu semua kader PDIP harus mengetahui siapa dirinya.”
Ideologi Pancasila
Dalam kuliah umum di Sekolah Tinggi Sistem Pemerintahan (Stipan) sama dengan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), ada mahasiswa bertanya, “Siapa Anda dan dari mana, mengapa disebut warga Bengsa Indonesia. Setelah merdeka banyak warga yang lupa diri alasannya toh saya juga Bangsa Indonesia dan tinggal di Indonesia.”
Benarkah demikian? “Tidak,” tegas Hj Megawati. Karena sebagai warga negara yang punya keyakinan apalagi sebagai kader partai telah diputuskan dalam konggres bahwa PDIP punya idelogi yang dijadikan pedoman segenap warga partai.
Dalam acara tersebut Hj Megawati juga menjelaskan, ideologi berasal dari kata ideo dan logi maksudnya ideo adalah ide, pikiran, keinginan, cita-cita dan logi adalah ilmu. “Artinya kalau perorangan apa tujuan hidup saya, apa keinginan saya. Ada yang berpikiran yang penting saya sudah lahir, cantik, punya suami, punya anak lantas saya tidak tahu apa kehendak rakyat, saya tidak peduli,” ujarnya. Apa seperti itu? “Tidak,” tegas Megawati.
“Karena ideologi itulah yang menuntun kita mencapai satu arah dan tujuan baik secara perorangan, masyarakat, partai, bangsa dan negara. Itulah yang sekarang mulai kehilangan arahnya,” tegas Megawati dengan nada lantang.
“Dan mestinya kita merasa bersyukur karena konggres ke 3 PDIP memutuskan idelogi partai adalah Pancasila yang lahir 1 Juni 1945. Karena ideologo Pancasila hasil pemikiran Bapak Bangsa sekaligus kreator Bangsa Indonesia, Bung Karno yang mengetahui arah bangsa ini, cita-cita bangsa ini,” jelas Hj Megawati.
“Kita merdeka abad 20 tepatnya pada 17 Agustus 1945 dan sekarang sudah masuk abad 21 yang merupakan abad lain, tidak seperti abad 20 lalu. Rentetan peristiwa pada abad 20 yang saya sebut sebagai abad politik diawali pada tahun 1901 dengan lahirnya Bung Karno yang membuka pikiran dan mampu berbicara dengan bangsa-bangda di dunia bahwa pada saatnya nanti akan mendirikan bangsa sendiri yakni Indonesia,” katanya.
“Saya menanyakan Anda apakah hanya mau makan tidur tidak peduli dengan orang lain. Saya bertanya dengan Walikota dan Wakil Walikota Solo apakah orang pintar bisa berbuat baik? Jawabnya adalah belum tentu,” jelasnya.
Di abad 20, lanjut Hj Megawati, merupakan perjuangan bangsa-bangsa untuk merdeka sehingga di Indonesia juga ada konferensi Asia Afrika, karena waktu itu abad politik. Sekarang di Timur Tengah terjadi pergolakan, namun sebenarnya hal itu bukan politik. Karena masalah sesungguhnya adalah masalah ekonomi berebut untuk menguasai ladang-ladang minyak.
Maka dari itu, tegas Hj Megawati, warga PDIP harus tahu ideologi partai, karena pada saatnya menjadi kader utama yang harus bersama-sama rakyat, menangis bersama rakyat dan tertawa bersama rakyat. “Karena hakekatnya kita itu adalah rakyat itu sendiri. Kader PDIP bukan saja mendampingi rakyat, tetapi harus bersama-sama rakyat,” tuturnya.
Maka dari itu dalam membentuk cabang pelopor, kata Megawati, DPC yang sudah dicanangkan sebagai cabang pelopor akan dievaluasi setiap enam bulan. Sehingga kalau kader-kadernya tidak bersama-sama rakyat maka status cabang pelopor dapat diturunkan lagi dan kepengurusannya berubah lagi.
Mengorganisir Rakyat
Hj Megawati dalam kesempatan itu juga menyoroti penanganan gempa dan tsunami di Jepang yang ditangani secara rapi dan disiplin mulai dari pemerintah, angkatan bersenjata dan relawan termasuk warga Jepang sehingga tidak ada penjarahan. Bahkan, ada korban tsunami seorang yang sudah tua terombang-ambing di laut namun berhasil diselamatkan oleh angkatan bersenjata. “Luar biasa, Semua itu dapat berjalan karena organisasinya bagus,” katanya.
Makanya konggres mengamanatkan dibentuk DPC pelopor. “Bisa tidak, kader pelopor mengorganisir rakyat, misalnya untuk menghadiri acara ini bagaimana program-programnya, panitianya, transportasinya, dananya bagaimana dan seterusnya. Sehingga dapat menghadiri pencanangan cabang pelopor di Lapangan Jambakan dan bertemu ketua umumnya,” tegasnya lagi.
“Kader utama, kader madya dan kader pratama jangan hanya duduk-duduk di kursi. Ketua Umum sampai anak ranting harus bekerjasama membantu rakyat. Kalau saya tugasi membantu petani yang sawahnya kebanjiran bisa tidak? Harus bisa,” tegasnya.
Ada usulan agar DPRD-nya dibenahi, kata Hj Megawati, bahwa tiga pilar PDIP masing-masing struktural partai, eksekutif, legislatif harus bekerjasama. Kalau ada aduan supaya dibuat tertulis dan yang mengadu juga bertandatangan. Kalau aduannya secara tertulis serta ditandatangani pasti akan ditindaklanjuti supaya tidak ada fitnah.
Dalam pidato politiknya Hj Megawati tampak mampu mengundang decak kagum para kader-kadernya. Buktinya, setelah pada awal pidato Megawati mengingatkan agar kader PDIP yang hadir dapat mengikuti pidatonya secara khidmat para kader PDIP yang hadir juga mampu mengikuti semua pidato Megawati secara tenang dan tertib. (idi)